November 20, 2024 By admin
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar, tampil sebagai pembicara kunci dalam forum bergengsi COP 29 United Nations Framework Convention on Climate Change di Baku, Azerbaijan. Dalam paparannya, Alexandra menyoroti potensi besar Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia yang mencapai 3.687 GW, sekaligus menggarisbawahi pentingnya peran sektor perbankan dalam mewujudkan potensi tersebut.
Dalam sesi Renewable Energy Leadership Forum yang berlangsung pada hari kedua COP 29, Alexandra Askandar memaparkan temuan kritis mengenai kondisi EBT di Indonesia. “Realisasi total dari enam sumber EBT di Indonesia baru mencapai 0,36 persen. Enam sumber energi tersebut antara lain seperti solar, angin, air, tidal, bioenergi, dan geotermal,” ungkapnya.
Berdasarkan analisis yang disampaikan Alexandra, dari keenam sumber energi terbarukan tersebut, energi geotermal menunjukkan progress tertinggi dengan tingkat utilisasi mencapai 10,52 persen. Sementara energi tidal masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Kondisi ini menjadi perhatian khusus mengingat besarnya potensi yang belum termanfaatkan.
Dalam paparannya yang komprehensif, Alexandra mengungkapkan temuan penting dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA). Data menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dimana investasi EBT di Indonesia mengalami penurunan 4 persen dalam tujuh tahun terakhir, berbanding terbalik dengan investasi energi fosil yang justru meningkat 2,4 persen.
Alexandra mengidentifikasi empat tantangan fundamental yang mempengaruhi investasi EBT di negara berkembang seperti Indonesia. Pertama, masalah infrastruktur pendukung menjadi kendala utama, ditandai dengan keterbatasan fasilitas pembangkit listrik berbasis EBT, berbagai kendala dalam sistem distribusi energi, serta hambatan dalam integrasi sistem yang ada.
Tantangan kedua berkaitan dengan aspek teknologi, di mana biaya teknologi masih terbilang tinggi dibandingkan negara-negara maju. Kesenjangan teknologi ini diperparah dengan kebutuhan adaptasi teknologi yang harus disesuaikan dengan kondisi lokal Indonesia, menciptakan tambahan kompleksitas dalam implementasinya.
Dari sisi finansial, Alexandra menyoroti tantangan ketiga yaitu terbatasnya instrumen keuangan yang tersedia. Hal ini mencakup minimnya opsi pembiayaan khusus untuk EBT, kompleksitas dalam manajemen risiko proyek energi terbarukan, serta kebutuhan akan inovasi produk finansial yang lebih sesuai dengan karakteristik proyek EBT.
Tantangan terakhir yang diidentifikasi Alexandra adalah tingginya biaya operasional. Aspek ini meliputi biaya transaksi yang signifikan, berbagai tantangan dalam pembiayaan proyek-proyek skala kecil, serta kebutuhan akan peningkatan efisiensi operasional secara menyeluruh. Kombinasi dari keempat tantangan ini menciptakan hambatan yang signifikan dalam pengembangan EBT di Indonesia.
Alexandra Askandar mengidentifikasi bahwa pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) memerlukan solusi yang komprehensif. Ia menekankan pentingnya pendekatan holistik, di mana kombinasi kebijakan dan instrumen keuangan dapat menjadi kunci utama untuk mendorong lembaga keuangan berperan lebih aktif dalam proyek transisi energi. Pendekatan ini diharapkan mampu mengatasi tantangan yang kompleks dalam mempercepat implementasi EBT di Indonesia.
Sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar telah memimpin bank ini untuk menunjukkan komitmen yang kuat dalam pembiayaan berkelanjutan. Hingga September 2024, Bank Mandiri berhasil mencatatkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp285 triliun, dengan pertumbuhan tahunan yang mengesankan sebesar 12,8%. Dalam upaya mendukung sektor energi terbarukan, Bank Mandiri juga telah menyalurkan dana sebesar Rp10 triliun, memperkuat posisi bank sebagai pelaku utama dalam pembiayaan transisi energi yang ramah lingkungan.
Alexandra mengakhiri presentasinya dengan ajakan yang kuat kepada seluruh pemangku kepentingan. “Kami ingin mengajak para pemangku kepentingan, mitra, dan komunitas global untuk bekerja bersama Bank Mandiri, dan menjadi sustainability champion. Untuk mengoptimalkan potensi investasi energi terbarukan di Indonesia, kita perlu mengatasi berbagai tantangan utama, membuka dialog mengenai skema pembiayaan yang ada dan potensi pembiayaan baru, serta mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” tegasnya.
Untuk mewujudkan visinya, Alexandra telah memimpin berbagai inisiatif strategis di Bank Mandiri. Di bawah kepemimpinannya, bank telah mengembangkan ESG Desk khusus dan memperkuat kerja sama dengan berbagai institusi keuangan global. Tidak hanya itu, Alexandra juga mendorong peningkatan kolaborasi dengan pemerintah dalam praktik bisnis berkelanjutan, mengembangkan berbagai instrumen pembiayaan inovatif, serta mengimplementasikan roadmap dekarbonisasi yang komprehensif. Kepemimpinan Alexandra dalam mendorong transisi energi bersih melalui Bank Mandiri mencerminkan komitmen kuat dalam mendukung target nasional mencapai net zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat. Dengan pendekatan yang komprehensif dan strategis, Alexandra terus memposisikan Bank Mandiri sebagai katalis utama dalam transformasi energi Indonesia.
Related Tags & Categories :