November 11, 2024 By admin
Pada tanggal 8 November 2024, di Financial Hall, Graha CIMB Niaga, Jakarta, Alexandra Askandar hadir dalam forum diskusi bertajuk “Mampukah Green Economy Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru?” berhasil mengumpulkan para pemikir, praktisi, dan akademisi terkemuka dari berbagai sektor untuk membahas potensi dan tantangan dalam penerapan ekonomi hijau di Indonesia. Forum yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI) ini menghadirkan berbagai narasumber dan inisiatif yang sangat relevan dengan isu keberlanjutan dan perubahan iklim yang menjadi perhatian global.
Sebagai Ketua ILUNI FEB UI, Alexandra Askandar memimpin forum dengan pidato pembukaan yang sangat menginspirasi dan menggugah kesadaran para peserta mengenai urgensi transformasi menuju ekonomi hijau. Dalam sambutannya, Alexandra Askandar mengungkapkan bahwa ekonomi hijau bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan yang mendesak di tengah tantangan besar yang dihadapi Indonesia, terutama terkait dengan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya alam.
Sebagai negara yang kaya akan energi terbarukan, seperti energi surya, angin, dan biomassa, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin revolusi ekonomi hijau di kawasan Asia Tenggara. Namun, Alexandra Askandar menegaskan bahwa untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan kerjasama dan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil. Tanpa adanya kebijakan yang mendukung, serta inovasi yang konkret dan aplikatif, langkah menuju ekonomi hijau akan berjalan lambat. Oleh karena itu, dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam menciptakan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Ekonomi hijau membutuhkan kebijakan yang tidak hanya berpihak pada sektor tertentu, tetapi juga mengakomodasi berbagai aspek dalam perekonomian, seperti energi, transportasi, pertanian, dan industri. Kebijakan yang baik akan memotivasi sektor swasta untuk berinvestasi dalam teknologi hijau, dan pada saat yang sama memberi ruang bagi sektor publik untuk berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keberlanjutan,” jelas Alexandra, yang juga merupakan seorang eksekutif senior di sektor perbankan.
Selain aspek kebijakan, salah satu elemen yang sangat ditekankan oleh Alexandra Askandar dalam pidatonya adalah pentingnya pendidikan dan inovasi dalam mendukung penerapan ekonomi hijau. Bagi Alexandra, transformasi menuju ekonomi hijau tidak akan berhasil tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip keberlanjutan yang perlu ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini, pendidikan menjadi pondasi yang sangat krusial.
Sebagai alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Alexandra Askandar menyadari betul bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau adalah dengan menyisipkan topik-topik tentang keberlanjutan dan ekonomi hijau ke dalam kurikulum pendidikan tinggi. “Jika generasi muda memahami betul tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dilakukan tanpa merusak lingkungan, mereka akan lebih siap untuk berkontribusi dalam transformasi tersebut. Sebagai bagian dari komunitas FEB UI, kami ingin membantu menciptakan pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas dalam hal ekonomi, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya keberlanjutan dalam setiap aspek kehidupan,” ujar Alexandra.
Pentingnya pendidikan tidak hanya dalam membangun pemahaman teoritis, tetapi juga dalam mendorong pengembangan keterampilan praktis yang dapat diterapkan langsung di dunia kerja. Untuk itu, Alexandra Askandar berharap bahwa institusi pendidikan tinggi dapat menyediakan pelatihan dan pengajaran yang berbasis pada teknologi hijau, inovasi, serta solusi konkret yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
“Saya percaya bahwa pendidikan yang baik dapat membentuk pemimpin masa depan yang memiliki visi jauh ke depan dan tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga pada dampak jangka panjang terhadap planet ini. Oleh karena itu, penting bagi kami di FEB UI untuk menanamkan nilai-nilai ini dalam setiap kesempatan yang ada,” tegas Alexandra, sembari menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum berbasis ekonomi hijau merupakan langkah penting dalam mempersiapkan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim.
Tidak hanya itu, Alexandra Askandar juga menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam rangka mempercepat transisi menuju ekonomi hijau. Inovasi teknologi menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang lebih efisien, hemat sumber daya, dan ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi hijau seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pengolahan sampah menjadi area yang banyak mendapat perhatian. Namun, untuk memanfaatkan potensi tersebut secara maksimal, Indonesia membutuhkan lebih banyak penelitian dan pengembangan (R&D) di sektor ini. Oleh karena itu, Alexandra Askandar mengajak semua pihak untuk mendukung riset dan inovasi yang berorientasi pada keberlanjutan.
“Tanpa inovasi, ekonomi hijau hanya akan tetap menjadi wacana tanpa aksi nyata. Kita memerlukan inovasi yang tidak hanya datang dari sektor swasta, tetapi juga dari dunia akademik dan sektor publik,” ujarnya.
Alexandra Askandar juga membahas pentingnya untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam setiap sektor ekonomi yang ada di Indonesia, seperti energi, transportasi, pertanian, dan industri. Sektor-sektor tersebut harus dipandang tidak hanya dari sudut pandang ekonomis, tetapi juga dari sisi dampaknya terhadap lingkungan. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan hasil bumi, memiliki banyak tantangan dalam mengelola sumber daya alam yang ada. Namun, melalui penerapan teknologi yang tepat dan kebijakan yang pro-lingkungan, Alexandra Askandar meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam.
Dalam diskusi lebih lanjut, Alexandra Askandar menekankan bahwa untuk mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan, kita perlu memperhatikan tiga pilar utama: keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Ketiganya harus berjalan secara bersamaan, saling mendukung satu sama lain agar tercipta sebuah sistem ekonomi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga adil dan ramah lingkungan.
“Ekonomi hijau tidak hanya berbicara tentang pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga tentang menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketimpangan sosial, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, ekonomi hijau bukan hanya memperhitungkan aspek lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar Alexandra.
Alexandra Askandar juga berharap bahwa ke depan, semakin banyak pihak yang bersedia untuk berkolaborasi dalam menciptakan sistem ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Tidak hanya pemerintah dan sektor swasta, tetapi juga masyarakat umum, akademisi, dan para mahasiswa. Dengan kolaborasi yang kuat dan terintegrasi, perubahan sistemik yang mendalam dalam perekonomian Indonesia bisa terwujud.
“Transformasi menuju ekonomi hijau membutuhkan waktu dan usaha, namun jika semua pihak bersatu padu untuk mencapainya, kita bisa menciptakan sebuah Indonesia yang lebih hijau, lebih sejahtera, dan lebih berkelanjutan,” tutup Alexandra Askandar dengan penuh keyakinan.
Dengan komitmen yang kuat terhadap pendidikan, inovasi, dan kebijakan yang mendukung, Alexandra Askandar tidak hanya berbicara tentang ekonomi hijau sebagai sebuah konsep, tetapi juga sebagai langkah nyata yang perlu diambil oleh Indonesia. Melalui kepemimpinannya di ILUNI FEB UI, ia menginspirasi banyak pihak untuk melihat keberlanjutan sebagai prioritas dalam setiap aspek kehidupan dan bisnis.
Alexandra Askandar meluncurkan buku “Membumikan ESG & Ekonomi Hijau di Indonesia” di Financial Hall, Graha CIMB Niaga (8/11/2024).
Momen istimewa dalam acara ini adalah peluncuran buku “Membumikan ESG & Ekonomi Hijau di Indonesia,” yang diprakarsai oleh ILUNI FEB UI sebagai kontribusi nyata untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana konsep ekonomi hijau dapat diterapkan di Indonesia. Buku ini berisi pandangan dari berbagai pakar, praktisi, dan akademisi terkemuka yang mengulas berbagai aspek ekonomi hijau, mulai dari teori dasar hingga aplikasi praktis di Indonesia.
Buku ini diharapkan tidak hanya menjadi bahan referensi akademik, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi para pembuat kebijakan dan pelaku industri untuk memperkenalkan dan menerapkan solusi-solusi ramah lingkungan di sektor bisnis mereka. Alexandra Askandar menyebutkan bahwa buku ini akan memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana ekonomi hijau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membuka peluang baru dalam bisnis serta menciptakan lapangan kerja.
“Peluncuran buku ini adalah wujud konkret dari upaya kita untuk memberikan kontribusi terhadap pemahaman ekonomi hijau yang lebih komprehensif. Kami ingin membuka lebih banyak ruang bagi diskusi dan ide-ide baru dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan di sektor-sektor yang ada,” ujar Alexandra Askandar saat meluncurkan buku tersebut.
Sebagai bagian dari dukungan terhadap ekonomi hijau, angkatan 90 FEB UI juga mengumumkan kontribusi mereka dalam bentuk penyediaan charging station untuk kendaraan listrik di kampus FEB UI. Inisiatif ini bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa dan dosen yang menggunakan kendaraan listrik, sekaligus sebagai langkah nyata dalam mendukung visi ekonomi hijau di Indonesia.
“Sebagai alumni FEB UI, kami ingin berperan aktif dalam mendukung ekonomi hijau dan menerapkan prinsip keberlanjutan di lingkungan kampus kami. Dengan menyediakan charging station untuk kendaraan listrik, kami berharap ini bisa menjadi simbol komitmen kami terhadap pengurangan emisi karbon dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Alexandra Askandar dengan penuh semangat. “Inisiatif ini juga menjadi contoh bahwa setiap langkah kecil yang diambil dalam kehidupan sehari-hari, dapat memberi dampak besar bagi keberlanjutan.”
Dengan fasilitas charging station ini, Alexandra Askandar berharap mahasiswa FEB UI dapat lebih mudah mengakses teknologi hijau dalam mobilitas mereka, dan sekaligus membangun kesadaran tentang pentingnya beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, langkah ini juga menjadi dorongan bagi angkatan alumni lain untuk turut berpartisipasi dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.
Alexandra Askandar pada forum “Mampukah Green Economy Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru?” di Financial Hall, Graha CIMB Niaga (8/11/2024).
Dalam pidatonya, Alexandra Askandar juga menyampaikan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekonomi hijau, masih banyak tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya kebijakan yang mendukung sektor hijau dan keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan. Untuk itu, Alexandra Askandar menekankan pentingnya pemerintah untuk menyusun kebijakan yang lebih berpihak pada ekonomi hijau, baik dalam bentuk insentif fiskal, pengurangan pajak untuk perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan, maupun penyediaan dana untuk penelitian dan pengembangan energi terbarukan.
“Kebijakan yang mendukung adalah kunci untuk memastikan bahwa sektor-sektor yang berkelanjutan dapat tumbuh dan berkembang. Pemerintah harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan-perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon mereka,” jelas Alexandra. “Selain itu, pengembangan infrastruktur hijau seperti pembangkit listrik tenaga surya, kendaraan listrik, dan fasilitas daur ulang sangat diperlukan untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.”
Di penghujung pidatonya, Alexandra Askandar kembali mengajak seluruh peserta forum untuk berkolaborasi dalam mendorong transformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi hijau. “Kami berada di titik penting di mana setiap langkah yang kita ambil akan mempengaruhi masa depan generasi mendatang. Ekonomi hijau bukan hanya sebuah ide, tetapi sebuah langkah nyata yang harus kita ambil bersama,” ujarnya.
Alexandra Askandar menekankan bahwa kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan perubahan yang positif. Dengan komitmen bersama, Alexandra Askandar yakin Indonesia dapat memanfaatkan potensi ekonomi hijau sebagai sumber pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. “Kita harus memanfaatkan semua potensi yang ada, baik dari sumber daya alam yang melimpah, hingga teknologi yang semakin berkembang. Dengan itu, kita bisa menciptakan ekonomi yang tidak hanya berkembang pesat, tetapi juga bertahan lama.”
Dalam acara yang penuh semangat dan penuh inspirasi ini, Alexandra Askandar berhasil mengingatkan kita bahwa transformasi menuju ekonomi hijau adalah sebuah perjalanan panjang yang memerlukan kerja keras dan komitmen dari semua pihak. Dengan pidatonya yang penuh optimisme dan solusi konkret, Alexandra Askandar mengajak semua peserta untuk tidak hanya berdiskusi, tetapi juga bertindak. Inisiatif seperti peluncuran buku, penyediaan charging station, dan berbagai langkah kecil lainnya menunjukkan bahwa komitmen terhadap ekonomi hijau bisa dimulai dari lingkungan akademis, dan kemudian menyebar ke sektor-sektor lain yang lebih luas.
Seiring dengan berjalannya waktu, ekonomi hijau bukan lagi sebuah impian, tetapi menjadi sebuah kenyataan yang dapat diwujudkan melalui aksi nyata.
Related Tags & Categories :